INVESTIGASI] Roadrace Kapolda Sulteng Seri 3 di Morowali: Adu Kecepatan, Dominasi Luar Daerah, dan Simbol Kekuasaan di Aspal Publik

Redaksi Media Bahri
0


MOROWALI – INVESTIGASIGWI.COM | Satu lagi panggung adrenalin bertajuk Roadrace Piala Kapolda Sulawesi Tengah Seri 3 resmi ditutup Minggu (13/7/2025) di jantung Kabupaten Morowali. Lokasi yang biasanya menjadi ruang formal pemerintahan, yaitu Alun-alun Rumah Jabatan Bupati, berubah menjadi medan tempur lintasan balap yang menyedot ribuan pasang mata.


Di balik gemuruh knalpot dan sorak sorai penonton, ada narasi besar yang layak dikuliti lebih dalam: siapa sebenarnya yang menang? Siapa yang mengendalikan arena? Dan siapa yang sebenarnya sedang “balapan” di belakang layar?


Tampilan Publik, Kekuasaan Menggenggam Kendali

Agenda ini digelar dalam balutan peringatan Hari Bhayangkara ke-79, mengusung slogan “Polri untuk Masyarakat”. Tapi apakah benar murni untuk rakyat? Ataukah ini sekadar panggung legitimasi dan pencitraan institusional?

Hadir dalam acara:

  • Kombes Pol Heni Agus Sunandar mewakili Kapolda Sulteng,
  • Wakil Bupati Morowali Iriane Ilyas,
  • Ketua DPRD Morowali Herdianto Marzuki,
  • Wakil Ketua DPRD Ihwan Moh Thoyib,
  • serta tokoh-tokoh IMI dan jajaran PJU Polres Morowali.


Tak ada kejutan dalam susunan penguasa panggung. Semua nama-nama itu—sebagaimana biasa—hadir untuk mempertegas posisi kontrol mereka dalam urusan olahraga hingga ruang publik.

Ketua Panitia Iptu Andi Harmansyah memimpin penuh jalannya kegiatan. Namun, yang lebih menarik adalah komposisi para pemenang.


Juara Umum dari Luar Sulawesi Tengah: Cermin Minimnya Regenerasi Lokal?

Dari total 23 kelas yang dipertandingkan, dua nama mencuat:

  • Hamdi Tuahatu dari Kendari, Sulawesi Tenggara, memborong dua gelar: Juara Umum Speeded dan Terbuka bersama team CV Tamalaki Berkah Jaya Enam Jaya (70 poin).
  • M. Iksan Haidar dari Cirebon, Jawa Barat (Bhayangkara Scudeto Racing Team), menyabet Juara Umum Pemula Terbuka dengan total poin 88.


Pertanyaan mencuat: di mana pembalap Sulawesi Tengah? Mengapa podium tertinggi dikuasai peserta dari luar daerah?

Sebuah realita yang patut dicermati oleh IMI Sulteng dan dinas terkait. Apakah tidak ada pembinaan yang serius bagi bibit-bibit lokal? Ataukah ajang ini memang didesain bukan untuk mengorbitkan talenta daerah?


Kapolda Bicara Sejarah, Tapi Data Bicara Fakta

Mewakili Kapolda Sulteng, Kombes Heni Agus Sunandar menyebut event ini sebagai “penoreh sejarah”, dengan capaian penyelenggaraan yang tertib dan aman.

“Kita menorehkan sejarah. Event ini simbol kolaborasi dan sportivitas,” ucapnya bangga.


Namun, redaksi investigasigwi.com mencatat: di balik sejarah itu, fakta menunjukkan dominasi luar daerah, dan pembalap lokal justru menjadi penggembira.

Kegiatan semacam ini tetap layak diapresiasi, namun perlu evaluasi menyeluruh. Jika benar untuk masyarakat, maka masyarakat lokal harus menjadi pelaku utama, bukan hanya penonton di kampung sendiri.


Catatan Kritis: Antara Show of Power dan Pemberdayaan Nyata

Tiga motor diberikan kepada para juara umum. Doorprize dibagikan. Rakyat bersorak. Namun pertanyaannya: apakah ini cukup untuk disebut “pemberdayaan”?

Roadrace ini bisa menjadi ruang pengembangan potensi otomotif daerah—jika diarahkan benar. Tapi jika hanya jadi ajang pencitraan rutin dan etalase kuasa, maka Sulawesi Tengah tak akan pernah melahirkan pembalap berprestasi dari tanah sendiri.


Tim Investigasi GWI
Tajam Menganalisis, Berani Membongkar, Tanpa Kompromi.
© 2025 – investigasigwi.com

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top