Investigasi Gebyar Muharram 1447 H: Bagaimana Kades Bojonegara Ciptakan Rahasia Sukses Pembinaan Karakter

Redaksi Media Bahri
0


SERANG, Investigasi.gwi.com – Di balik kemeriahan gemerlap lampu dan gema qasidah Sabtu malam (12/07/2025) di Kampung Gunung Satri, Kecamatan Bojonegara, tersimpan strategi mendalam dalam membentuk generasi berkarakter. Acara Gebyar Muharram 1447 H, digelar oleh Pemerintah Desa Bojonegara, bukan sekadar event keagamaan, melainkan juga ladang pijakan nilai-nilai moral di tengah arus globalisasi.


🔍 Wawancara Eksklusif: Panitia Bongkar Tujuan Strategis

Ketua pelaksana, Ahmad Fauzi, membeberkan latar belakang kegiatan:

“Momentum luar biasa ini bukan hanya soal hadiah dan santunan. Ini wujud amanah membina karakter spiritual anak-anak. Kami ingin mereka unggul — intelektual, tapi juga religius,” katanya lugas.


Dia menyoroti adanya dampak nyata: selain lomba azan dan MTQ, pemberian santunan kepada anak yatim-piatu menjadi simbol konkret keberpihakan kepada kelompok rentan.


🧭 Langkah Sinergis: Kades, Karang Taruna, dan Masyarakat

Kepala Desa, H. Wawan Fauzan, S.P., menegaskan keterlibatan delapan kampung:

“Saya ingin inisiasi ini solid dan berkelanjutan — melibatkan semua unsur. Anak-anak terus mengaji, beribadah, menjadi benteng keislaman keluarga,” ujarnya dalam dialog terbuka seusai acara.


Strategi keharmonisan antar-kelompok ini berhasil mengamankan dukungan massif—Karang Taruna, tokoh masyarakat, dan ratusan keluarga hadir bersatu.



🧩 Format Acara: Edukasi + Hiburan + Santunan

Investigasi menunjukkan bahwa penyusunan acara dirancang agar generasi muda tetap menarik, namun penuh muatan pesan keislaman:

  • Lomba Azan & MTQ: mendekatkan anak-anak pada Al-Qur’an
  • Ceramah Agama & Qasidah: menyisipkan nilai moral melalui musik Islami
  • Tabligh Akbar sebagai rangkaian puncak: memperkukuh pemahaman
  • Santunan 150 anak yatim: simbol keadilan sosial dan kepedulian


✅ Dampak & Harapan Masyarakat

Antusiasme warga Bojonegara luar biasa. Tiap sudut kampung dipenuhi keluarga yang ikut menyemarakkan acara. Sejumlah warga menyatakan:

“Acara seperti ini menjadi platform edukasi karakter anak-anak. Kami berharap ini bukan satu kali—tapi selalu hadir setiap tahun,” ujar salah satu ibu peserta.


Investigasi GWI mencatat, model pendekatan kolaboratif seperti ini bisa menjadi blueprint desa-desa lain dalam menciptakan generasi unggul — tak hanya religius, tetapi juga berdaya saing tinggi.



Kesimpulan Investigatif:
Gebyar Muharram 1447 H di Desa Bojonegara merupakan strategi sosial-religius yang komprehensif: menyatukan lembaga desa, pemuda, dan keluarga untuk membangun karakter generasi muda. Pola ini layak direplikasi ke wilayah lain yang ingin menjadikan kegiatan keagamaan sebagai sarana edukasi sosial. (Red)

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top