TANGERANG – InvestigasiGWI.com | Di tengah terus menjamurnya peredaran narkoba hingga ke pelosok desa, Gerakan Rehabilitasi dan Anti Narkotika Indonesia (GRANID) buka suara. Organisasi ini menyoroti lemahnya pengawasan di sejumlah titik rawan peredaran narkotika, khususnya di Provinsi Banten, yang disebut makin rentan menjadi jalur masuk dan distribusi narkoba lintas daerah.
Ketua Umum GRANID, H. Akhyar Kamil, S.H., secara terbuka menyatakan bahwa pihaknya siap menjadi mitra kritis sekaligus strategis bagi Polri dan BNN. Tidak hanya dalam pencegahan, tetapi juga dalam rehabilitasi serta pendampingan korban penyalahgunaan narkotika.
“Kami melihat fakta di lapangan: celah-celah pengawasan masih terbuka lebar. GRANID hadir bukan untuk menonton, tapi untuk bertindak. Kami siap bergerak bersama Kepolisian dan BNN di garda depan,” tegasnya.
Akhyar menegaskan bahwa upaya pemberantasan narkoba selama ini masih bersifat reaktif dan belum menyentuh akar persoalan. Pendekatan represif kerap mengabaikan sisi rehabilitatif dan edukatif yang justru lebih penting untuk memutus rantai ketergantungan jangka panjang.
Berdasarkan data internal GRANID, terdapat peningkatan kasus narkoba di kalangan remaja usia sekolah di beberapa wilayah Banten. Namun ironisnya, belum banyak kebijakan lokal yang benar-benar menyasar pencegahan dini berbasis komunitas.
Sebagai respons atas situasi tersebut, GRANID telah menjalankan program pelatihan konselor sebaya, kampanye literasi anti-narkoba, hingga pendampingan korban secara sosial dan psikologis. GRANID juga sedang mendorong pembentukan Satgas Anti Narkoba berbasis masyarakat di sejumlah kecamatan rawan.
“Kami tidak ingin Banten dijadikan ‘ladang empuk’ bagi sindikat narkoba. Ini persoalan serius. Bila tidak dikawal ketat dan melibatkan kekuatan masyarakat sipil, maka ini akan terus memburuk,” papar Akhyar.
GRANID menekankan pentingnya audit menyeluruh terhadap sistem pengawasan narkotika, termasuk kemungkinan adanya kelalaian institusi yang seharusnya berada di garis depan. Bagi GRANID, bersinergi dengan Polri dan BNN bukan berarti sekadar formalitas—melainkan kerja kolektif yang terukur dan akuntabel.
“Jangan tunggu anak bangsa tumbang satu per satu. Ini soal masa depan. GRANID hadir sebagai pengingat: narkoba bukan hanya musuh hukum, tapi musuh peradaban,” tutup Akhyar. (SB)
(Tim Investigasi | InvestigasiGWI.com)