PERISAI Ke-9: Kesehatan Mental dan Ketahanan Juang, Mewujudkan Hakim Tangguh

Redaksi Media Bahri
0


Aryatama H, Anandy S, Bayu W, dan Andi R – Dandapala Contributor
Selasa, 09 September 2025

Jakarta – InvestigasiGWI.com | Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum (Ditjen Badilum) Mahkamah Agung kembali menggelar kegiatan PERISAI yang memasuki Episode ke-9 pada Selasa (09/09/2025). Kali ini, topik yang diangkat menyoroti isu serius: “Merawat Sehat Mental Kerja Yang Mulia, Ketahanan Juang: Membangun Para Hakim Tangguh.”

Acara yang diikuti lebih dari 3.000 peserta dari 34 Pengadilan Tinggi dan 382 Pengadilan Negeri ini digelar secara daring. Kehadiran ribuan hakim serta tenaga teknis peradilan menunjukkan betapa mendesaknya persoalan kesehatan mental di lingkungan peradilan.

Dalam sambutannya, Dirjen Badilum Bambang Myanto secara terbuka mengakui bahwa beban kerja dan tekanan emosional telah membuat sejumlah hakim mengalami depresi.

> “Tekanan tidak hanya berupa beban kerja yang berat, tetapi juga tekanan emosional. Hal itu membuat beberapa hakim mengalami depresi. Melalui kegiatan ini, kami berharap seluruh hakim dapat membentengi diri sekaligus melakukan recovery di tengah tugas yang diemban,” ujar Bambang.



Tiga Pakar, Satu Pesan: Hakim Harus Dijaga

Tiga pakar dari Universitas Airlangga dihadirkan: Prof. Seger Handoyo, Triana Kesuma Dewi, dan Dian Fithriwati Darusmin. Ketiganya menyoroti aspek berbeda namun saling melengkapi: pikiran, resiliensi, dan bahaya burnout.

Prof. Seger menekankan filosofi Jawa “noto pikir, noto ati, dan noto laku” sebagai pegangan hakim agar tetap jernih, ikhlas, dan selaras dalam bekerja.

Triana Kesuma Dewi menegaskan bahwa resiliensi bukan bawaan lahir, melainkan keterampilan yang harus dilatih. Ia menekankan pentingnya identitas profesional, pengelolaan emosi, serta dukungan sosial.

Sementara itu, Dian Fithriwati Darusmin mengingatkan bahwa profesi hakim termasuk dalam kategori berisiko tinggi mengalami burnout. Gejalanya antara lain gangguan tidur, penurunan empati, kecemasan, hingga depresi.

Risiko yang Tidak Boleh Diabaikan

Peringatan Dian tentang burnout menyoroti fakta yang kerap diabaikan publik: hakim dituntut mengambil keputusan berat dalam waktu singkat, di tengah ekspektasi publik yang tinggi. Kondisi itu bukan hanya ancaman bagi individu, tapi juga integritas peradilan.

> “Jika hakim kehilangan kendali atas emosinya, kualitas putusan bisa terganggu. Itu artinya, kepercayaan publik terhadap lembaga peradilan pun terancam,” tegas Dian.



Sebagai solusi, ia menawarkan strategi koping sehat: manajemen waktu dengan teknik Pomodoro, work-life balance, mindfulness, hingga olahraga. Ia juga menekankan perlunya dukungan institusional seperti konseling rutin dan kelompok pendukung hakim.

Catatan Investigatif

Kegiatan PERISAI ke-9 ini menegaskan bahwa persoalan kesehatan mental di kalangan hakim nyata adanya. Namun pertanyaan penting yang perlu diawasi adalah: sejauh mana komitmen institusi peradilan menjalankan rekomendasi para pakar? Apakah sekadar wacana, atau benar-benar akan dibarengi langkah konkret, seperti pembagian beban kerja yang proporsional dan layanan konseling berkelanjutan?

Hakim yang tangguh adalah syarat mutlak bagi keadilan yang bermartabat. Tanpa itu, risiko putusan yang dipengaruhi tekanan mental dan emosional bisa menjadi celah runtuhnya kepercayaan publik terhadap hukum.



Redaksi: InvestigasiGWI.com
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top