Investigasi GWI: Sidak Viva Yoga di Posko TEP Bengkulu Utara, Bongkar Potret Buram Transmigrasi Lagita

Zulkarnaen_idrus
0

Bengkulu Utara – InvestigasiGWI.com | Kunjungan Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi ke Posko Tim Ekspedisi Patriot (TEP) di Desa Giri Kencana, Ketahun, Bengkulu Utara (9/9/2025), bukan sekadar seremoni. Kehadiran Gubernur Bengkulu Helmi Hasan dan Wakil Gubernur Mian memperlihatkan keseriusan pusat dan daerah, tapi juga membuka fakta: kawasan transmigrasi Lagita masih menyimpan banyak masalah mendasar.

Sejak Agustus 2025, Kementerian Transmigrasi melepas 2.000 peneliti ke 154 kawasan transmigrasi se-Indonesia. Komposisinya mentereng – 42 guru besar, 358 doktor, 846 sarjana dan master, serta 754 mahasiswa dari kampus ternama seperti ITB, UI, UGM, IPB, Unpad, Undip, ITS, hingga 17 perguruan tinggi daerah. Tugas mereka: membedah persoalan transmigrasi, mencari model ekonomi baru, hingga menemukan komoditas unggulan.

Namun temuan awal TEP di Lagita menunjukkan potret buram. Defrio, salah satu peneliti, mengungkap bahwa meski hortikultura punya potensi besar, akses infrastruktur buruk, pengelolaan hasil lemah, dan distribusi ekonomi bocor keluar daerah. Artinya, produktivitas yang seharusnya bisa menghidupi warga transmigrasi justru dinikmati pihak luar.

Viva Yoga menegaskan, misi penelitian ini harus tuntas hingga Desember 2025. Tapi pertanyaannya: apakah hasil riset benar-benar akan ditindaklanjuti pemerintah, atau berhenti jadi laporan meja?

Investigasi GWI mencatat, problem klasik transmigrasi selalu sama: lahan tidur, akses jalan terbatas, pasar lemah, dan masyarakat masih menggantungkan diri pada bantuan. Bila rekomendasi peneliti tidak diterjemahkan jadi kebijakan konkret, kunjungan Wamen ke posko TEP hanya akan tercatat sebagai seremonial politik, bukan solusi nyata.

Redaksi | InvestigasiGWI.com

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top