TANGERANG – investigasigwi.com | Polresta Tangerang kembali menunjukkan pendekatan humanisnya dalam menyemarakkan Hari Bhayangkara ke-79. Jumat malam (4/7/2025), institusi ini menggelar nonton bareng (nobar) pertunjukan wayang kulit nasional bertajuk “Amartha Binangun”, yang disiarkan langsung dari Mabes Polri secara daring melalui Zoom.
Kegiatan yang digelar di Aula Paramasatwika itu tak hanya dihadiri internal Polri, tapi juga mengundang tokoh masyarakat, Bhayangkari, dan Forkopimda Kabupaten Tangerang—menggambarkan satu pesan: Polri ingin dekat, bukan hanya terlihat.
Pagelaran yang merupakan bagian dari puncak Hari Bhayangkara tersebut turut menyuguhkan momen tak biasa. Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si. tampil mengejutkan publik dengan berduet bersama Ketua Mahkamah Agung Prof. Dr. Sunarto, S.H., M.H. menyanyikan lagu “Koyo Jogja Istimewa”. Penampilan itu mendapat respons hangat, menyulut sisi lain dari wajah lembaga hukum yang selama ini kerap diasosiasikan dengan kekakuan.
Turut hadir dan menyatu dalam suasana santai namun penuh makna, Wakil Ketua KPK Ibnu Basuki Widodo. Sebuah sinyal kebersamaan antar-pilar penegak hukum, yang bisa dimaknai publik sebagai bentuk keharmonisan—atau justru diminta publik untuk dibuktikan secara nyata dalam kerja-kerja pemberantasan korupsi dan penegakan hukum yang adil.
Wakapolresta Tangerang AKBP Christian Aer, S.H., S.I.K., mewakili Kapolresta Kombes Pol. Baktiar Joko Mujiono, menyebut bahwa kegiatan ini lebih dari sekadar tontonan budaya.
“Wayang bukan hanya soal tradisi. Ia membawa pesan moral, edukasi sosial, dan filosofi kepemimpinan. Ini cara kami menyampaikan pesan-pesan kebangsaan dalam balutan budaya,” ujarnya.
Di tengah banyaknya tantangan institusional yang dihadapi Polri, terutama soal citra dan kepercayaan publik, kegiatan semacam ini dinilai sebagai salah satu langkah lunak dalam membangun kembali jembatan kepercayaan dengan rakyat.
Ketua MA dalam sambutannya turut mengucapkan selamat Hari Bhayangkara dan menyinggung pentingnya nilai-nilai luhur budaya sebagai penuntun dalam menegakkan hukum.
Kegiatan nobar berlangsung hingga malam hari, ditutup dengan ramah tamah serta sesi dokumentasi bersama, yang memperlihatkan kedekatan antar lembaga dan masyarakat—setidaknya di depan kamera. (Red/SB)