Investigasigwi.com | Langkat – 16 Juni 2025 - Rabu pagi di Langkat, ribuan wajah berseri memenuhi Lapangan Kantor Bupati. Mereka bukan peserta konser atau festival rakyat. Mereka adalah 1.427 orang yang baru saja menyandang status baru: ASN Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Angkatan 2024.
Pelantikan berlangsung khidmat. Surat Keputusan (SK) diserahkan. Sumpah jabatan dilafalkan. Sorot mata para peserta penuh harapan. Ada guru, tenaga teknis, hingga tenaga kesehatan — semuanya telah melewati perjalanan panjang menuju titik ini.
Tapi, pertanyaannya: setelah dilantik, lalu apa?
Garis Start, Bukan Garis Finish
Bupati Langkat, H. Syah Afandin, SH, berbicara blak-blakan. Ia tidak ingin para ASN PPPK ini cepat puas. Bahkan ia mengingatkan secara terang: jangan jadi pegawai lamban dan tak profesional.
“Ini baru garis start. Bukan saatnya euforia. Saudara semua dituntut untuk membuktikan kualitas. Jangan hanya bangga pakai seragam dan lencana,” katanya tegas.
Pernyataan itu seolah menyentil realita birokrasi yang kadang masih berkutat pada zona nyaman. Ketika SK sudah di tangan, tidak sedikit yang mulai longgar dalam semangat.
Padahal, jelas Bupati, para PPPK ini akan langsung dihadapkan pada realita kerja nyata di 23 kecamatan, tersebar di berbagai instansi. Tugasnya tidak ringan: mendidik, melayani, membangun sistem, memperbaiki pelayanan publik yang masih jauh dari kata ideal.
Di Antara Harapan dan Tantangan
Formasi guru mendominasi: 913 orang. Angka ini menjanjikan perbaikan distribusi tenaga pengajar, terutama di daerah-daerah pinggiran Langkat yang selama ini kekurangan guru tetap. Tapi apakah mereka cukup disiapkan menghadapi tantangan lapangan?
Sementara itu, 295 tenaga teknis dan 39 tenaga kesehatan juga punya beban besar. Mulai dari sistem pelayanan publik yang belum seragam, kurangnya fasilitas, hingga koordinasi antarinstansi yang masih kerap terhambat ego sektoral.
Pelantikan ini, dalam kacamata publik, tentu disambut dengan harapan besar. Namun, pelantikan bukanlah jawaban instan dari persoalan pelayanan pemerintah. Ia hanyalah pintu masuk. Sisanya bergantung pada integritas dan kerja keras tiap individu.
Mampukah Mereka Menjawab Amanat?
“Selalu mau belajar dan benahi diri,” pesan Bupati. Ucapan itu tampak sederhana, tapi punya makna dalam. Sebab realitas ASN bukan hanya soal disiplin dan kehadiran, tapi soal keberanian untuk berubah dan membuat perbedaan.
Kini, 1.427 nama telah resmi tercatat sebagai bagian dari mesin birokrasi Langkat. Waktu akan menguji: siapa yang benar-benar melayani, dan siapa yang hanya numpang nama.
Masyarakat menunggu, bukan seremoninya — tapi dampaknya.
Laporan: Rudi Hartono