Operasi Patuh Tinombala 2025 Ditutup: Pelanggaran Menurun, Korban Kecelakaan Meningkat – Ada Apa dengan Kesadaran Berlalu Lintas?

Zulkarnaen_idrus
0


PALU – InvestigasiGWI.com  |  Operasi Patuh Tinombala 2025 resmi berakhir pada Minggu (27/7/2025) pukul 24.00 WITA. Operasi yang berlangsung selama 14 hari di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah ini menyisakan catatan ganda: penurunan angka pelanggaran, namun kenaikan angka kecelakaan yang justru memunculkan tanda tanya besar tentang efektivitas kesadaran berkendara masyarakat.

Menurut Pelaksana Harian (Plh) Kabidhumas Polda Sulteng, AKBP Sugeng Lestari, jumlah pelanggaran lalu lintas yang tercatat sepanjang operasi mencapai 28.427 pelanggaran, turun 27 persen dibandingkan Operasi Patuh 2024 yang mencatat 38.943 pelanggaran.

Namun ironisnya, angka kecelakaan justru naik menjadi 37 kasus, dibandingkan 33 kasus tahun lalu—naik 12 persen, dengan rincian:

  • 6 korban meninggal dunia
  • 22 luka berat
  • 46 luka ringan
  • Kerugian materiil mencapai Rp146.400.000

“Ini harus jadi alarm. Penindakan boleh gencar, tapi tanpa kesadaran kolektif, angka korban justru bertambah,” ujar AKBP Sugeng dalam konferensi pers di Palu, Senin (28/7).



Fakta-Fakta Mengejutkan dari Lapangan

Jumlah pelanggaran terbagi sebagai berikut:

  • e-TLE statis: 2.358
  • e-TLE mobile: 2.095
  • Tilang manual: 756
  • Surat teguran: 23.216

Pelanggaran terbanyak berasal dari pengendara roda dua:

  • Tidak pakai helm SNI: 2.832
  • Melawan arus: 45
  • Gunakan HP: 3
  • Di bawah umur: 11
  • Boncengan lebih dari satu: 9
  • Mabuk/alkohol: 1
  • Lain-lain: 175

Roda empat mencatat 2.133 pelanggaran, di antaranya:

  • Tidak gunakan sabuk pengaman: 2.020
  • Gunakan HP: 25
  • Di bawah umur: 7
  • Melawan arus: 5
  • Lain-lain: 76

Dominasi Kecelakaan oleh Sepeda Motor

Dari 37 kasus kecelakaan lalu lintas, kendaraan yang paling banyak terlibat adalah:

  • Sepeda motor: 45 unit
  • Mobil penumpang: 8
  • Mobil barang: 8
  • Bus: 2
  • Kendaraan khusus: 3

Berdasarkan lokasi, kecelakaan terjadi di:

  • Jalan Provinsi: 15 kasus
  • Jalan Nasional: 12 kasus
  • Jalan Kabupaten/Kota: 10 kasus

Akar Masalah: Faktor Manusia

Sugeng menegaskan, faktor manusia masih jadi penyebab dominan kecelakaan:

  • Melanggar batas kecepatan: 6 kasus
  • Tidak menjaga jarak: 5
  • Manuver sembarangan: 11
  • Tidak memberi isyarat lampu: 4
  • Tidak mengutamakan pejalan kaki: 5
  • Lain-lain: 4


InvestigasiGWI.com: Penegakan Tanpa Edukasi Tidak Cukup

Catatan InvestigasiGWI.com, penurunan angka pelanggaran bukanlah akhir dari persoalan lalu lintas di Sulawesi Tengah. Peningkatan kecelakaan justru menandakan masih rapuhnya budaya keselamatan di jalan raya. Polisi mungkin bisa menilang, tapi membangun kesadaran butuh kolaborasi: dari keluarga, sekolah, komunitas, hingga media.

"Operasi Patuh boleh berhenti, tapi edukasi dan pengawasan tidak boleh ikut padam," tutup Sugeng.


InvestigasiGWI.com | Mengupas Fakta, Menyingkap Realita
Reporter: Tim Investigasi GWI
Editor: Zulkarnain Idrus 
Sumber: Polda Sulawesi Tengah

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top