Terungkap! Eks Napiter Medan Buka Suara: “Radikalisme Berkembang karena Kita Diam!”

Zulkarnaen_idrus
0


Medan – investigasiGWI.com | Dalam sebuah pertemuan tertutup di sebuah kafe kawasan Amaliun, Medan, investigasiGWI.com berhasil menemui Rony — mantan narapidana terorisme yang kini jadi motor gerakan antiradikalisme lewat aliansi X TERNAL (Ex Terorist Intern Alliance). Apa yang disampaikan Rony bukan basa-basi: radikalisme masih hidup. Dan lebih berbahaya lagi, ia tumbuh dalam senyap.


“Jangan kira kami tak tahu. Jaringan itu masih ada. Berganti wajah, menyusup ke lembaga, bahkan memanfaatkan media sosial dan agama untuk mencuci otak generasi muda,” ungkap Rony dengan nada serius.


Menurut penelusuran investigasiGWI.com, X TERNAL bukan sekadar kelompok mantan pelaku. Mereka adalah saksi hidup bagaimana sistem cuci otak bekerja — dari pengajian eksklusif yang penuh doktrin kebencian, hingga janji-janji surga jika ‘berjihad’ melawan negara.


Rony dan rekan-rekannya kini justru memilih jalan berbeda: mendobrak kebungkaman. “Kami salah. Tapi kami sadar. Yang kami lawan dulu bukan musuh, tapi sesama anak bangsa. Kini kami lawan ideologi yang telah memperalat kami.”


Ia juga menyoroti lemahnya deteksi dini dan pembiaran struktural terhadap penyebaran radikalisme. “Kami butuh pembinaan nyata, pelatihan, dan kerja. Kalau eks napiter terus dicap dan dijauhkan, jangan salahkan kalau ada yang kembali ke lingkaran radikal,” tegasnya.


Lebih jauh, Rony menyebut bahwa masyarakat harus berhenti pasif. “Kalau ada yang menyebarkan kebencian atas nama agama, jangan diam. Laporkan! Densus 88 dan BNPT tidak bisa bekerja sendiri. Kalau masyarakat masih takut bicara, maka paham itu akan terus bersembunyi di balik mimbar, sekolah, bahkan ruang keluarga.”


Hasil penelusuran kami juga mengindikasikan bahwa sebagian eks napiter masih hidup dalam tekanan sosial. Beberapa bahkan mendapat intimidasi dari kelompok lama karena dianggap “berkhianat.”


investigasiGWI.com mencatat: inilah saatnya negara tidak hanya bertindak dengan senjata, tapi juga membuka ruang rehabilitasi yang bermartabat — agar eks napiter bisa menjadi agen perubahan, bukan kembali menjadi korban propaganda.


Rony menutup pertemuan dengan satu kalimat yang masih menggema:
“Radikalisme berkembang bukan karena mereka kuat, tapi karena kita diam.”(Tim)

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top