Kampus Diserbu Narkoba, GAMKI Sumut dan Universitas Nommensen Lakukan Perlawanan Terbuka!

Zulkarnaen_idrus
0


MEDAN | InvestigasiGWI.com – Perang terhadap narkoba kini benar-benar masuk ke jantung dunia pendidikan. Kampus Universitas HKBP Nommensen jadi contoh konkret: semua calon mahasiswa baru wajib tes urine, dan syarat kelulusan pun harus bebas narkoba. Kebijakan tegas ini diumumkan dalam peringatan Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) yang dikemas lewat Diskusi Publik bertajuk “Bahaya Narkoba Pada Generasi Muda dalam Perspektif Pendidikan”, Kamis (26/6).


Acara ini merupakan hasil kolaborasi DPD GAMKI Sumatera Utara bersama Universitas HKBP Nommensen, digelar di Aula Fakultas Kedokteran dan dihadiri lebih dari 500 peserta lintas generasi.



🔍 Terungkap! Kampus Tutup Lebih Awal Demi Cegah Aktivitas Gelap

Wakil Rektor IV, Dr. Erika Pardede, MSc, mengungkapkan fakta mengejutkan: jam operasional kampus yang sebelumnya sampai pukul 21.00 WIB kini dipangkas drastis menjadi pukul 18.00 WIB. Kebijakan ini diambil setelah muncul kekhawatiran bahwa malam hari menjadi celah aktivitas ilegal termasuk penyalahgunaan narkoba.

“Kami juga terus awasi kegiatan unit mahasiswa. Kampus bukan tempat bebas. Jika ingin selamatkan generasi, kita harus berani mengambil langkah radikal,” tegas Erika.



🚨 GAMKI Sumut Buka-bukaan: Ormas Harus Bersih dari Narkoba!

Ketua DPD GAMKI Sumut, Swangro Lumbanbatu, menyebutkan bahwa pihaknya telah mewajibkan tes urine rutin kepada seluruh pengurus GAMKI, dari DPC sampai DPD. Langkah ini disebut sebagai pembuktian bahwa tidak semua ormas pemuda identik dengan narkoba.


“Mahasiswa itu agen perubahan. Kalau mereka terpapar narkoba, maka masa depan bangsa rusak. Ini alarm keras, dan kita turun langsung ke kampus untuk edukasi, bukan seremoni,” ungkap Swangro lantang.



🎙️ Narasumber Tumpah Ruah: Dari BNN, Polda, DPRD Hingga Disdik

Diskusi ini turut menghadirkan sejumlah pemangku kepentingan dengan pernyataan keras dan fakta-fakta lapangan yang menggugah:


  • Kombes Pol Josua Tampubolon, Kabid Pemberantasan BNNP Sumut:

    “Tak ada yang kebal dari narkoba. Mau pejabat, mahasiswa, hingga aparat bisa terjerat kalau lengah. Penyalahgunaan bisa terjadi di ruang paling privat sekalipun.”


  • AKBP Diari Estetika, Wadir Resnarkoba Poldasu:

    “Pantai timur jadi jalur favorit masuknya narkoba. Tapi kapal-kapal itu milik warga. Jika masyarakat tak sadar, kita hanya berputar dalam lingkaran setan.”


  • Aripay Tambunan, Anggota DPRD Sumut:

    “Strategi penanggulangan narkoba harus tiga pilar: edukasi massal, penindakan keras, dan rehabilitasi gratis. Jangan hanya hajar pemakai, biarkan bandar lepas!”


  • M. Basir Hasibuan, Kabid Pembinaan SMA Disdik Sumut:

    “Mahasiswa rentan, karena sedang labil. Di tengah arus hedonisme, mereka jadi sasaran empuk. Kalau tak cepat disadarkan, mereka akan jadi pion bisnis narkoba.”




🧨 InvestigasiGWI Catat: Di Balik Edukasi, Ada Sinyal Bahaya yang Lebih Dalam

Redaksi kami mencium pola berulang: kampus jadi target empuk karena lemahnya kontrol internal dan pengawasan jam malam. Perlu dicurigai apakah ada ‘pemain dalam’ yang selama ini membiarkan ruang kampus menjadi celah transaksi haram.


Universitas Nommensen patut diapresiasi karena berani membongkar dan menutup lubang itu. Namun, kampus lain di Sumut—yang hingga kini masih tutup mata—perlu dipertanyakan keberpihakannya: peduli generasi atau tutup mata demi citra?

🧠 Catatan Investigasi GWI:

Jika ormas pemuda dan kampus bisa bersatu dalam gerakan edukatif, maka bandar akan kehilangan pasar utama mereka: mahasiswa yang labil, haus pengakuan, dan mudah dimanipulasi.


Tapi pertanyaan terbesar yang belum terjawab:

Apakah semua kampus dan organisasi berani bersih-bersih seperti GAMKI dan Nommensen? Atau justru ada yang diam-diam jadi tameng para bandar?

📌 Editor Investigasi: Tim GWI
📸 Dokumentasi Tim Investigasi GWI

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top