
(Puspen TNI), Minggu, 31 Agustus 2025 – InvestigasiGWI.com |
Gelombang aksi massa di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, dekat Markas Satuan Brimob Polda Metro Jaya pada Jumat (29/8/2025), tidak hanya menjadi ajang penyaluran aspirasi publik, tetapi juga menampilkan wajah lain dari aparat negara. Di tengah kerumunan, prajurit TNI hadir dengan pendekatan berbeda: bukan sekadar pengawal keamanan, melainkan perekat persatuan.
Pantauan lapangan menunjukkan bagaimana prajurit TNI berinteraksi langsung dengan massa. Mereka tidak menjaga jarak, melainkan berbaur, menyapa ramah, hingga berbagi makanan dan minuman. Bahkan ada momen ketika prajurit duduk bersama warga, menimbulkan suasana kekeluargaan yang jarang terlihat dalam dinamika aksi jalanan.
Kehadiran humanis ini seakan menjadi pesan kuat: TNI lahir dari rahim rakyat dan untuk rakyat pula mereka mengabdi. Interaksi tersebut mencairkan potensi ketegangan, mengubah situasi yang rawan gesekan menjadi ruang damai yang saling menghargai.
Dari sisi pendekatan keamanan, langkah ini patut dicatat sebagai strategi non-konfrontatif. TNI tidak hanya menjaga ketertiban, tetapi juga martabat rakyat yang menyuarakan aspirasi. Cara ini memperlihatkan bahwa stabilitas bukan semata urusan kekuatan fisik, melainkan kepercayaan yang dibangun melalui kedekatan batin antara rakyat dan tentaranya.
Pertanyaan yang mengemuka: apakah pendekatan humanis ini akan menjadi standar baru dalam penanganan aksi massa di Indonesia? Jika iya, maka TNI sedang meneguhkan perannya sebagai institusi yang bukan hanya benteng pertahanan negara, tetapi juga perekat persatuan bangsa dengan wajah yang lebih sejuk dan membumi.
Redaksi: InvestigasiGWI.com

.jpeg)