"Kereta Kader Bangsa" POLRI: Antara Misi Pendidikan dan Strategi Kekuatan Lembaga

Zulkarnaen_idrus
0
JAKARTA — investigasiGWI.com | Di balik gemerlap seremoni dan jargon “Students of Today, Leaders of Tomorrow”, program Kereta Kader Bangsa yang digagas POLRI melalui Yayasan Pendidikan Kemala Taruna Bhayangkara (YPKTB) menyimpan makna yang lebih dalam—dan mungkin lebih strategis dari yang tampak di permukaan.

Pada 14 Juli 2025, sebanyak 190 siswa terpilih dari SMA Kemala Taruna Bhayangkara (KTB) dan Global Darussalam Academy (GDA) diberangkatkan dari Stasiun Gambir menuju Yogyakarta. Mereka naik KA Manahan dengan gerbong Panoramic—kereta mewah milik PT KAI. Publik disuguhi narasi besar tentang pendidikan karakter, kebangsaan, dan pembentukan pemimpin masa depan.

Namun InvestigasiGWI menelusuri lebih dari sekadar narasi di balik panggung. Berikut sejumlah catatan kritis kami:


1. POLRI Makin Dalam Masuk Dunia Pendidikan: Sekolah atau Kaderisasi Institusional?

Keterlibatan POLRI dalam mendirikan dan membina SMA KTB memang sah secara hukum. Tapi ketika aparat penegak hukum mulai merancang program pendidikan jangka panjang dengan seleksi ketat dari 11.200 pelamar, muncul pertanyaan:
Apakah ini murni pendidikan, atau awal dari kaderisasi institusional terselubung?

Ketua YPKTB, Irjen. Pol. Anwar, S.I.K., M.Si., mengatakan:

> “Mereka ini adalah mutiara bangsa. Harus ditempa agar jadi cemerlang.”

Pernyataan ini seakan mengokohkan posisi POLRI bukan hanya sebagai penjaga keamanan, tapi sebagai aktor utama dalam menentukan arah sumber daya manusia masa depan bangsa.

2. Rel Kereta Jadi Panggung: Simbol atau Strategi Branding Lintas Institusi?

Menggunakan kereta Panoramic bukan tanpa pesan. Di balik romantisme perjalanan rel, ada sinyal bahwa infrastruktur negara kini menjadi alat narasi besar lintas institusi.

Dirut PT KAI, Didiek Hartantyo, menuturkan:

> “Perjalanan ini adalah warisan nilai keberlanjutan.”

Namun, sejauh mana program ini memberi ruang untuk siswa dari kalangan bawah atau daerah terpinggirkan? Atau justru memperkuat elitisme baru di sektor pendidikan dengan label “unggulan”?

3. Kolaborasi atau Kooptasi Pendidikan?

Miftah Nur Sabri, Pembina YPKBI, menyebut program ini sebagai “keberangkatan kolektif menuju Indonesia Emas 2045”. Tapi InvestigasiGWI menelusuri bahwa:

Mayoritas peserta berasal dari kalangan sekolah yang telah terafiliasi dengan institusi negara.

Skema seleksi ketat disebut terbuka, namun belum ada audit independen terkait transparansi prosesnya.

Belum terlihat keterlibatan kementerian pendidikan secara langsung—menarik, mengingat ini menyangkut masa depan kurikulum dan pendidikan nasional.

Kesimpulan Awal Investigasi:

Program Kereta Kader Bangsa secara idealistik patut diapresiasi sebagai langkah inovatif dalam pendidikan karakter. Namun di sisi lain, perlu ada pengawasan serius agar inisiatif seperti ini tidak berubah arah menjadi kooptasi institusional dalam membentuk pemikiran dan loyalitas anak bangsa.

Pertanyaan besar masih menggantung: Apakah ini pendidikan untuk semua, atau hanya untuk mereka yang ‘dipilih’?

InvestigasiGWI akan terus menelusuri implikasi jangka panjang dari proyek ini—terutama di titik di mana idealisme pendidikan berpotensi bertabrakan dengan kepentingan kekuasaan.

Liputan Investigasi GWI | Redaksi & Data Investigatif 2025
Untuk informasi lanjutan atau laporan lapangan dari daerah asal peserta, hubungi: redaksi@investigasigwi.com
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top