Bangli, Bali – InvestigasiGWI.com | Di tengah ketatnya pengawasan dan tembok tinggi Lapas Narkotika Bangli, hadir sebuah lawatan rohani yang menggugah batin para warga binaan. Pdt Dr Gilbert Lumoindong, tokoh rohani nasional yang dikenal tegas dalam penyampaian Firman, hadir dan mengguncang suasana dalam ibadah pembinaan iman bertema “Berjalan di Atas Air” — sebuah refleksi mendalam dari Matius 14:22-33.
Dalam penyampaiannya, Pdt Gilbert tidak hanya menyampaikan khotbah biasa. Ia menembus batas nalar dengan menegaskan bahwa “berjalan di atas air” adalah simbol nyata keberanian berjalan dalam kemustahilan, asalkan berpegang pada kuasa Tuhan. Ia mencontohkan tokoh Alkitab Petrus yang mampu melangkah di atas air bukan karena kekuatannya sendiri, melainkan karena iman dan fokusnya pada Yesus.
> “Banyak orang kalah bukan karena badai, tetapi karena kehilangan fokus kepada Tuhan. Petrus bisa berjalan di atas air karena ia percaya dan taat. Ini bukan dongeng rohani — ini prinsip kehidupan,” tegasnya di hadapan puluhan warga binaan.
Menariknya, dalam kegiatan ini Pdt Gilbert tidak sendiri. Ia didampingi oleh Greivance Lumoindong dan Enrique Dustin — dua tokoh muda yang menggemakan pesan yang sama: disiplin dan takut akan Tuhan adalah fondasi keberhasilan sejati.
> “Banyak anak muda hari ini ingin berhasil instan. Tapi tanpa disiplin dan ketundukan rohani, keberhasilan hanya mimpi sesaat,” ujar Enrique, dalam pernyataan yang disambut anggukan penuh makna dari para narapidana.
Tidak hanya sekadar khotbah, kegiatan rohani ini ditutup dengan hangat: doa bersama, makan siang sederhana, dan sesi foto penuh haru. Makanan disiapkan oleh komunitas Kamu Hebat yang selama ini aktif mendampingi warga binaan secara sosial dan spiritual.
Lawatan ini bukan tanpa makna. Tim InvestigasiGWI menelusuri bahwa kegiatan serupa telah berdampak positif di berbagai lapas di Indonesia. Di Bangli, ada gelombang perubahan nyata: beberapa narapidana memilih bertobat, belajar Alkitab, bahkan menjadi pembimbing iman bagi sesama.
> “Kami tidak hanya melihat pendeta, tapi merasakan hadirat Tuhan,” ujar salah satu warga binaan yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Dalam pantauan kami, kegiatan seperti ini adalah contoh nyata bahwa pembinaan spiritual bukan pelengkap, melainkan inti dari proses pemulihan manusia di balik jeruji. Di tengah kerasnya dunia narapidana, pesan kasih dan kuasa Tuhan hadir membawa harapan — bahkan untuk mereka yang sudah kehilangan arah.
Ricky - InvestigasiGWI.com
Editor: Romo Kefas