Renovasi MI Al-Husna di HUT RI ke-80: CSR UBP Lontar atau Kewajiban yang Terlambat?

Redaksi Media Bahri
0


Tangerang – InvestigasiGWI.com | PT PLN Indonesia Power UBP Banten 3 Lontar meresmikan pembangunan MI Al-Husna di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, bertepatan dengan peringatan HUT RI ke-80, Jumat (22/8/2025). Acara ini dikemas meriah dengan penampilan hadroh dan tari saman siswa, serta dihadiri pejabat pemerintah setempat.


Renovasi enam ruang kelas dan satu ruang guru, ditambah penyediaan fasilitas sekolah seperti pavingisasi halaman, meja-bangku, papan tulis, buku ajar, hingga peralatan kebersihan, diklaim sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan. Bahkan, pembangunan menggunakan material dari Fly Ash Bottom Ash (FABA), limbah non-B3 hasil pembakaran batu bara yang diolah jadi bahan bangunan ramah lingkungan.


Ketua Yayasan MI Al-Husna, Mukhlisiyyah, tak kuasa menyembunyikan rasa syukurnya. “Sudah lama kami mengidamkan sekolah yang layak. Ribuan proposal sudah kami ajukan, baru kali ini terwujud berkat PLTU,” ucapnya.


Namun, pertanyaan mendasar muncul: mengapa masyarakat sekitar PLTU harus menunggu puluhan tahun hingga ada renovasi sekolah dasar yang layak? Apakah program CSR ini benar-benar lahir dari kepedulian berkelanjutan, atau hanya sekadar pencitraan di momentum kemerdekaan?


Senior Manajer UBP Lontar, Ria Indrawan, menyebut program ini sebagai kontribusi nyata perusahaan terhadap SDGs dan visi Indonesia Emas 2045. “Kami percaya pendidikan fondasi utama SDM berkualitas. Harapan kami, MI Al-Husna bisa lahirkan generasi unggul, bahkan suatu saat alumninya bisa bergabung di PLTU Lontar,” ujarnya.


Pernyataan tersebut menegaskan niat baik perusahaan. Namun, jika ditelusuri lebih jauh, masyarakat sekitar Lontar masih menghadapi problem klasik: kualitas lingkungan, akses kesehatan, dan ketersediaan sarana publik yang minim. Renovasi MI Al-Husna patut diapresiasi, tetapi belum menjawab sepenuhnya kebutuhan dasar warga pesisir yang hidup berdampingan dengan industri energi.


InvestigasiGWI mencatat, pembangunan berbasis FABA ini memang inovatif dalam hal pengelolaan limbah. Tetapi tanpa kontrol independen dan evaluasi berkala, publik sulit memastikan apakah FABA benar-benar aman untuk pemanfaatan jangka panjang.


Pada akhirnya, masyarakat berhak menuntut konsistensi: jangan sampai program CSR hanya berhenti di seremoni dan plakat peresmian. Sekolah MI Al-Husna memang wajah baru, tapi wajah asli tanggung jawab industri terhadap rakyat harus diuji melalui tindak lanjut nyata di bidang pendidikan, kesehatan, dan lingkungan.

Redaksi: InvestigasiGWI.com



Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top