Semarang, InvestigasiGWI.com – Di tengah meningkatnya sorotan publik terhadap efektivitas penegakan hukum lalu lintas, Satlantas Polrestabes Semarang menggelar aksi simpatik dalam rangka Operasi Patuh Candi 2025, Senin (14/07), di Jl. Kelud Raya, Semarang. Kegiatan ini menjadi sorotan karena pendekatan yang diambil: membagikan helm gratis berstandar SNI kepada pengendara yang tertib, namun masih menggunakan helm tak sesuai standar.
Dipimpin langsung oleh Kasat Lantas Polrestabes Semarang AKBP Yunaldi, S.Ag., S.H., M.H., giat ini menggandeng personel dari Jasa Raharja dan UPTD setempat. Setidaknya 35 personel gabungan diterjunkan untuk edukasi, pendataan, serta pembagian helm.
Namun di balik aksi humanis ini, muncul pertanyaan penting: Apakah ini bentuk perubahan pendekatan Polri atau hanya langkah simbolik dalam menghadapi rendahnya kepercayaan publik terhadap razia konvensional?
> “Kami ingin masyarakat paham bahwa tertib lalu lintas bukan hanya soal patuh aturan, tapi juga soal keselamatan. Helm SNI bukan aksesori, tapi pelindung hidup,” ujar AKBP Yunaldi.
Kompol Agung Setyo Budi, Kasihumas Polrestabes Semarang, menyebut bahwa pendekatan edukatif ini adalah upaya untuk menekan pelanggaran tanpa menciptakan ketegangan antara aparat dan masyarakat.
> “Kami ingin mengurangi friksi di jalan. Ketika pendekatan tegas tidak efektif, maka pendekatan simpatik perlu dikedepankan,” katanya.
ANALISIS INVESTIGASI GWI:
Berdasarkan pantauan InvestigasiGWI.com, pembagian helm ini bukan tanpa syarat. Hanya pengendara yang membawa surat lengkap dan memenuhi seluruh aspek kelengkapan kendaraan yang mendapat helm gratis. Artinya, tetap ada proses seleksi yang ketat – bukan pembagian massal. Di satu sisi, hal ini menunjukkan kedisiplinan penyaluran bantuan. Namun di sisi lain, juga memperlihatkan keterbatasan jangkauan program ini terhadap pengendara yang paling rentan dan termarjinalkan.
PERTANYAAN KRITIS:
Apakah pendekatan simpatik ini akan diadopsi secara konsisten oleh semua satuan wilayah di Jawa Tengah?
Apakah pembagian helm hanya dilakukan selama operasi berlangsung atau menjadi bagian dari program berkelanjutan?
Dan yang paling penting: berapa besar efektivitas kegiatan ini dalam menekan angka kecelakaan lalu lintas di Semarang secara nyata?
InvestigasiGWI.com akan terus memantau implementasi Operasi Patuh Candi 2025 di wilayah lain. Apakah strategi humanis ini benar-benar menjadi paradigma baru Polri, atau sekadar langkah kosmetik menjelang evaluasi kinerja?