Siapa yang menyangka bahwa di tengah transisi kepelatihan, Liverpool justru tampil luar biasa stabil dan penuh semangat juang. Biasanya, masa transisi membawa banyak guncangan — dari adaptasi skema permainan, komunikasi antar pemain, hingga hal-hal minor yang bisa berdampak besar. Namun kali ini, Liverpool justru menemukan identitas baru yang tak tergoyahkan.
Kecuali satu kekalahan mengejutkan dari Nottingham Forest, Liverpool tampil nyaris sempurna di liga. Meski sempat tersandung di Liga Champions — tersingkir oleh PSG di format baru UCL — dan tergelincir lebih awal di FA Cup oleh tim papan bawah Plymouth Argyle, semangat tim tidak meredup. Justru dari keterpurukan itu, mereka bangkit dan kembali menegaskan diri sebagai salah satu klub terbaik Inggris.
Kini, trofi Premier League ke-20 resmi kembali ke lemari Anfield. Harapan yang tersisa tinggal satu: menutup musim dengan dobel domestik lewat Final Piala Liga.
Satu hal yang pasti: musim ini adalah bukti bahwa semangat dan cinta terhadap klub tak pernah pudar. Liverpool bukan hanya bertahan dalam masa transisi, tapi juga berkembang dan berjaya.
**You’ll Never Walk Alone — dan musim ini, memang terbukti begitu.**
( Red )
.jpeg)
.png)
.jpeg)
